Skip to main content
Berita KegiatanPencegahan dan Pemberdayaan MasyarakatBerita Utama

Assertiveness untuk Tegas Menolak Narkoba, Bahasan Khusus di Dialog Remaja Sesi VI

Dibaca: 10 Oleh 17 Sep 2021Tidak ada komentar
Assertiveness untuk Tegas Menolak Narkoba, Bahasan Khusus di Dialog Remaja Sesi VI
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Kehidupan masyarakat masyarakat modern saat ini yang serba kompleks dan pluralis sebagai hasil modernisasi teknologi, industrialisasi, dan juga mekanisasi yang dapat berdampak terhadap kehidupan sosial. Masing-masing individu dituntut untuk melakukan penyesuaian diri, tidak terkecuali para remaja. Kemampuan berperilaku assertif adalah salah satu bentuk penyesuaian diri yang bisa diterapkan oleh remaja. Asertif atau ketegasan perlu dimiliki remaja agar dapat dengan tegas menolak pengaruh buruk dari lingkungannya. Maka dari itu, pada pertemuan ke-6 Dialog Interaktif Remaja dalam rangka Pembentukan Remaja Teman Sebaya Anti Narkotika, mengangkat tema “Assertiveness pada Remaja” sebagai topik bahasan.

Kegiatan yang berlangsung pada hari Jum’at siang, 10 September 2021 dibuka dengan penjelasan singkat oleh Bapak Reza Bahktiar, S.I.Kom selaku Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNN Kota Tual. Dia menjelaskan tentang pengisian kuesioner Index Ketahanan Remaja dan kemudian memandu peserta mengisi kuesioner khusus yang berhubungan dengan materi Assertiveness pada Remaja. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan mengenai keadaan diri di keseharian, khususnya saat peserta ingin mengemukakan atau menyatakan perasaannya kepada orang lain. Kuesioner ini dibuat oleh tim fasilitator sebagai bentuk pre-test dan posttest peserta untuk mengetahui implikasi dari penyampaian materi assertiveness.

Seperti dua sesi sebelumnya, sesi ke-6 ini pun masih menghadirkan tim fasilitator yang sama yaitu Ibu Rofiko Rahayu Kabalmay, S.Psi (Bunda Yayou) dan Hesdo Celvin Naraha, S.Psi (Kak Hesdo) dari Forum Peduli Anak Kepulauan Kei. Kedua fasilitator ini mengawali giat dengan membagi peserta menjadi dua kelompok yang terdiri dari 5 orang untuk melakukan permainan “Psikodrama”. Sebelum mulai permainannya, mereka menjelaskan secara singkat tentang tata cara permainannya. Selanjutnya, masing-masing kelompok mengambil gulungan kertas secara acak yang berisi tentang kondisi masalah remaja. Gulungan kertas berisi masalah remaja tersebut adalah gulungan yang sudah ditulis peserta di sesi selanjutnya yang menceritakan masalah yang pernah atau sedang dialami oleh semua peserta. Kondisi masalah tersebut akan menjadi bahan materi untuk bermain peran.

Di permainan psikodrama ini, peserta diminta untuk menciptakan kondisi yang sama seperti di rumah atau di sekolah secara alami. Tiap kelompok diberi waktu 5 menit untuk berbagi peran dan kemudian menampilkan permainan peran itu di depan kelas selama 5 menit. Setelah tiap kelompok menampilkan permainan peran, kemudian peserta diminta mengungkapkan perasaannya dan dilanjutkan dengan respon serta tanggapan dari peserta lain. Tujuan dari permainan ini adalah agar peserta mendapatkan insight tentang bagaimana mengemukakan pendapat, keinginan atau menceritakan masalah yang dihadapi kepada orang lain. Selain itu, bagaimana rasanya memposisikan diri sebagai orang lain dalam proses komunikasi. Hasil dari berbagi pendapat inilah, kemudian menjadi bahasan oleh tim fasilitator saat pemaparan materi.

Assertiveness untuk Tegas Menolak Narkoba, Bahasan Khusus di Dialog Remaja Sesi VI

Psikodrama : Kedua fasilitator ini mengawali giat dengan membagi peserta menjadi dua kelompok yang terdiri dari 5 orang untuk melakukan permainan “Psikodrama”.

Dalam pemaparannya, Bunda Yayou kembali menegaskan bahwa remaja sebagai bagian dari kelompok masyarakat, mereka juga memiliki kebutuhan untuk saling terkoneksi dengan lingkungannya. Guna mencapai relasi atau hubungan yang positif, maka dibutuhkan sebuah pola komunikasi yang baik, bersifat dua arah, tidak mendominasi serta terbuka untuk saling menerima.

Tidak lupa pula, Bunda Yayou menunjukkan hasil penelitian tentang perilaku asertif yang menunjukan bahwa remaja memiliki kepribadian lemah atau kurang mampu bersikap asertif (tegas). Mereka rentan terjerumus dalam kenakalan remaja seperti ikut tawuran, menggunakan narkoba, hingga perilaku seks bebas. Olehnya itu, penting bagi remaja untuk memiliki model komunikasi yang tepat.

Assertiveness untuk Tegas Menolak Narkoba, Bahasan Khusus di Dialog Remaja Sesi VI

Umpan Balik : Peserta diberikan umpan balik dari pre-test dan post-test yang sudah diisi di awal sesi.

Disampaikan pula oleh Bunda Yayou, bahwa dalam hubungan antar pribadi, setiap orang memiliki perilaku beragam untuk saling merespon. Terdapat tiga jenis perilaku yang muncul dalam komunikasi, yaitu perilaku submisif, perilaku agresif dan perilaku asertif. Submisif adalah perilaku dimana orang sulit menyampaikan pendapatnya secara terbuka. Mereka yang tergolong tipe submisif ini tidak berani menyampaikan apa yang dirasakan atau diinginkan. Sementara itu, agresif adalah kecenderungan untuk memaksakan keinginan atau pendapatnya agar diikuti. Dalam berkomunikasi orang-orang tipe agresif ini cenderung memaksakan pendapatnya atau bahkan mengancam dan merendahkan orang lain.

Perilaku terbaik dari ketiga model itu adalah komunikasi asertif, mereka akan menyampaikan pendapat atau keinginannya secara jujur dan apa adanya dengan cara yang baik. Berbicara tegas namun tidak memaksakan pendapat serta menunjukkan sikap menghormati lawan bicaranya. Pengetahuan dan kemampuan bersikap asertif adalah modal yang dibutuhkan bagi remaja sebagai pendewasaan diri, terutama tegas menolak narkotika.

Pada sesi kali ini, peserta sangat antusias merespon pemateri dengan menyampaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya baik di rumah maupun di sekolahnya. Tim fasilitator mempersilahkan antar peserta untuk saling menanggapi dan memberikan saran sesuai dengan pengalaman mereka maupun hasil dari penyampaian materi yang sudah mereka terima. Secara umum, peserta tidak sulit memahami materi yang disampaikan, karena kegiatan ini dimulai dengan bermain peran yang memungkinkan peserta mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi sebagaimana kesehariannya. Kendala-kendala yang mereka hadapi dibahas secara tuntas dengan disertai tips dan langkah berlatih komunikasi asertif.

Peserta diajak untuk mengetahu tips dan langkah berlatih komunikasi asertif, antara lain berlatih untuk menjadi pendengar aktif. Artinya, mendengarkan untuk paham apa yang dibicarakan orang lain, bukan mendengar untuk mempersiapkan komentar sebagai serangan balik. Kemudian, mengatakan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan, tidak terlalu memaksa ataupun terlalu meminta maaf. Pada saat berbicara, buat kontak mata dan nada suara jangan monoton agar orang lain mudah mengikuti dan tidak bosan. Selanjutnya, melatih diri untuk berani mengatakan apa yang diharapkan. Mengatakan ”ya ”dan ”tidak” saat kita inginkan, berani membuat sebuah permintaan, dan mengkomunikasi perasaan kita dengan cara terbuka dan langsung. Dalam latihan tersebut, biasakan menggunakan pernyataan saya dan bukan Anda atau orang lain, megemukakan secara spesific apa yang dirasakan atau ingin disampaikan, termasuk tidak menilai orang lain saat tidak diperlukan (menilai bukan untuk tujuan konstruktif), tidak memperluas/membesar-besarkan masalah.

Sebelum menutup sesi hari itu, peserta diberikan umpan balik dari pre-test dan post-test yang sudah diisi di awal sesi. Peserta kenudian diberi kesempatan untuk merenung sejenak dan kembali menilai dirinya berada pada posisi yang mana dan menetapkan tujuan ke arah model assertiveness. Sebagaimana penegasan oleh Bunda Yayou di akhir sesi, “Assertiveness adalah sebuah ketrampilan sehingga bias dipelajari oleh siapa saja. Keinginan untuk berlatih terus menerus adalah kuncinya..!” (dad/rez)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel